Selasa, 18 Oktober 2016


Jarang bertemu dengan nenek, dimanfaatkan untuk main bersama :)

Dulu, ketika awal-awal di masa pernikahan, saya terkadang merasa kesepian. dan berfikir seandainya dekat dengan orang tua alangkah senangnya bisa sering-sering berkunjung ke rumah orang tua. apalagi setelah punya anak, selalu membayangkan jika dekat dengan orang tua pasti senang sekali. bisa sering-sering berkunjung dan dikunjungi untuk saling melepas rindu dan tentunya untuk membantu di rumah. hee...dan jika ada tugas ke luar kota, mungkin bisa minta tolong untuk sekedar menjenguk anak dsb...
Namun, apa daya..halah. jarak dari rumah saya ke orang tua ditempuh dengan perjalanan 3 jam kalu tidak macet. dan jika ke rumah mertua bisa 4-5 jam. saya sangat merasa sedih waktu awal melahirkan. selain karena baby blues, ibu saya tidak bisa terus membantu saya mengurus diri saya sendiri dan anak (tahu kan ya repot dan sakitnya melahirkan anak pertama yang belum punya pengalaman dan harus secar) karena ibu saya punya tanggungan warung di pasar. ibu mertua saya pun tidak bisa langsung ke sukoharjo karena punya tanggungan anak didik yang harus diajar. disamping itu, hari ke 6 pasca saya melahirkan, suami harus mengikuti training dari kantornya selama 3 hari. haduh,,,alhasil anak saya menangis saya pun ikut menangis. pembantu pun saya belum punya. sedangkan kami di sukoharjo merupakan perantau.

Dan itu sudah berlalu....

Terkadang situasi sulit seperti itu membayangkan alangkah senangnya jika dekat dengan orang tua. Tapi,,kembali lagi saya tidak ingin berandai-andai terus dan mencoba mencari hikmah dibalik ini semua. saya melihat ada banyak pasangan keluarga yang satu rumah dengan orang tua pun ingin berpisah dengan orang tuanya dengan alasan belajar mandiri. dan saya pun kemudian berfikir,,mungkin saya juga akan melakukan hal yang sama jika saya merasakan hal tersebut. berpisah rumah dengan orang tua tapi masih dekat lokasinya. terlebih kemarin ketika bapak saya sakit dan harus opname, saya harus cuti kerja dalam beberapa hari untuk menemani ibu dan menunggui bapak di rumah sakit. suami saya pagi ke solo dan sore harus pulang ke magelang lagi agar bisa menemani ibu menunggui bapak ketika malam hari di rumah sakit.

Namun saya berfikir,,ada banyak hikmah yang saya ambil ketika jauh dengan orang tua. harus mandiri, dengan segala konsekuensinya. dan yang pasti kami rasakan, rasa rindu selalu ada dari kami untuk orang tua. ada waktu dimana kami sangat menantikan mudik ke kampung halaman, begitu pula orang tua kami sangat merindukan kehadiran kami pulang, membuatkan masakan yang special, membawakan oleh-oleh khusus untuk kami, bahkan jauh-jauh hari dimana kami belum merencanakan pulang. sudah ditanyakan kapan kami akan pulang, ingin dimasakkan apa, mau diajak jalan kemana,dsb. bahkan sangat merindukan ketika beberarapa hari saja kami belum bertanya kabar via telepon. sangat menunggu adanya video call, dll.

Yap. Jarak membuat adanya kerinduan. jarak memmbuat kami menyadari artinya kebersamaan. jarak membuat kami menghargai waktu dan pengalaman. apakah ketika kami dekat lalu tidak ada rindu? tentunya tidak. pasti akan ada hikmah lain, yang kami belum tau. yang kami bisa rasakan saat ini hanyalah itu. yang kami tuliskan. tetap kami berharap suatu saat akan dekat bersanding dengan keluarga kami. suatu saat. dalam waktu yang kami belum tahu.

Saya juga merasakan kerinduan ini dalam berbagai aspek. entah pertemanan, persahabatan, atau yang lainnya. kadang kita memang tidak harus selalu berdekatan, agar ada rindu rindu diantara kita. Agar tidak banyak konflik terjadi diantara kita. agar ada masa menanyakan hal hal kecil di sekitar kehidupan kita. Bagaimana dengan suami/anak? yang jelas kita berpisah dari pagi dan ketemu lagi di  sore hari, agar ada rindu dan terobati ketika pulang dari mencari nafkah. terobati oleh senyum dan sapaan anak di pintu rumah. :)



0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright (c) 2010 ASYKUR RIFANI. Design by Wordpress Themes.

Themes Lovers, Download Blogger Templates And Blogger Templates.